Thursday 10 November 2011

After A Talk with My Grandmommy

Hi there!! ^0^
Selamat Hari Pahlawan *\^0^/* 


Akhirnya posting ini bisa terselesaikan... Posting yang sebenarnya berawal dari tugas wawancara, hahaha :D




アップ


Anyway, siapa di antara kalian yang masih memiliki nenek atau kakek? Ayah dari ibu? Ibu dari ayah?
Yah, pokoknya nenek atau kakek... 音譜


Hal yang dirasakan oleh nenek dan kakek kita seringkali berbeda dengan apa yang kita rasakan, atau tepatnya, kita pahami. Dari sekian hal yang menjadi kunci perkembangan kehidupan masa lanjut usia, atau lansia, salah satu faktornya adalah kepuasan hidup.  Kepuasan hidup menjadi salah satu aspek penting yang akan menentukan, seperti apakah kakek dan nenek kita memandang hidup dan menjalaninya. Ketika kita mampu memahami hal tersebut, itu berarti kita juga telah mampu memahami mereka dan kehidupan mereka, walaupun sedikit (tulisan yang saya sajikan ini sedikit :P )


Berikut adalah tulisan yang saya ringkas dari sebuah buku tentang Psikogerontologi, atau cabang ilmu Psikologi Perkembangan yang khusus mempelajari perkembangan tahap dewasa akhir, atau yang lebih kita kenal dengan 'masa lanjut usia'.


Selami lebih lanjut untuk tidak hanya sekedar mengerti dan memahami, tapi juga mempersiapkan masa-masa kakek-nenek kita di kemudian hari :P





Pengertian Kepuasan Hidup
            Kepuasan hidup adalah ukuran kebahagiaan. Kebahagiaan adalah istilah umum yang menunjukkan kenikmatan atau kepuasan yang menyenangkan dalam kesejahteraan, keamanan, atau pemenuhan keinginan. Kebahagiaan adalh prestasi yang paling hebat.
Kepuasan hidup pada subyek, yang merupakan orang lanjut usia, pada dasarnya adalah penyesuaian diri terhadap berbagai kehilangan, seperti kehilangan pekerjaan, kehilangan pasangan hidup, dan kehilangan kemampuan baik yang bersifat fisik maupun mental, juga penyesuaian diri terhadap peristiwa-peristiwa yang dapat menimbulkan stres.
            Sebagai ukuran kebahagiaan, kepuasan hidup mempunyai lima aspek, yaitu:
1.      Merasa senang dengan aktivitas yang dilakukan sehari-hari.
2.      Menganggap hidupnya penuh arti dan menerima dengan tulus kondsisi kehidupannya.
3.      Merasa telah berhasil mencapai cita-cita atau sebagian besar tujuan hidupnya.
4.      Mempunyai citra diri yang positif.
5.      Mempunyai sikap hidup yang optimistik dan suasana hati yang bahagia.



Merasa Senang dengan Aktivitas yang Dilakukan Sehari-Hari
 Senang adalah salah satu sikap manusia. Sikap adalah penilaian atau reaksi suka, tidak suka, senang atau tidak senang terhadap obyek, manusia, situasi, atau aspek-aspek lain, termasuk gagasan-gagasan abstrak dan kebijakan-kebijakan sosial. Senang dengan aktivitas yang dilakukan sehari-hari dapat dikatakan sebagai reaksi manusia terhadap situasi dalam kehidupannya sehari-hari. Dalam kehidupan masyarakat, seringkali orang melakukan kegiatan seari-hari karena kewajiban, bukan karena merasa senang melakukannya sehingga dapat terjadi, orang terpaksa melakukan aktivitas yang tidak disukainya sama sekali. Alasan lain yang menyebabkan orang tidak dapat melakukan pekerjaan yang disenangi adalah adanya berbagai keterbatasan, seperti keterbatasan waktu, tenaga, dana, dan lahan, bila aktivitas itu membutuhkan lahan yang cukup luas. Hal-hal inilah yang mungkin dapat menjadikan hambatan pada aspek pertama ini, yaitu merasa senang dengan aktivitas yang dilakukan sehari-hari.

Menganggap hidupnya penuh arti dan Menerima dengan Tulus Kondisi Kehidupannya
Orang akan selalu bahagia bila mereka merasa bahwa kehidupannya berarti. Pada kebanyakan masyarakat, khususnya Jawa, terdapat sembboyan atau prinsip pasrah lan sumarah dan narimo ing pandum atau sebagai manusia, sebaiknya kita bersikap ingkang narimah. Bagi orang lanjut usia, penghayatan terhadap semboyan hidup tersebut biasanya lebih baik. Penerimaan mereka lebih besar terhadap apapun yang dialaminya. Hal tersebut kemungkinan akan dapat berdampak positif pada aspek yang kedua ini, yaitu menganggap hidupnya penuh arti dan menerima dengan tulus kondisi kehidupannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada aspek ini, hidup orang lanjut usia yang menikah atau mempunyai pasangan hidup tidak berbeda dengan orang lanjut usia yang tidak menikah atau tidak memiliki pasangan hidup.

Merasa Telah Berhasil Mencapai Cita-Cita atau Sebagian Besar Tujuan Hidupnya
Setiap orang mempunyai sejumlah kehendak dan memiliki keinginan besar untuk mencapainya,yang disebut dengan cita-cita. Kebahagiaan adalah pencapaian cita-cita dan keberhasilan dalam apa yang diinginkan. Pada masa lebih dari seabad yang lalu, terutama dalam budaya Jawa, perkawinan adalah satu-satunya hal yang boleh diangankan oleh para gadis. Mereka tidak boleh bersekolah, tidak boleh bekerja di luar rumah, dan tidak boleh menduduki jabatan di masyarakat. Para wanita sangat dibatasi cita-citanya. Namun kaum pria pun tidak leluasa mengembangkan kemampuannya, karena pada masa itu hanya keturunan ningrat yang boleh bersekolah, yaitu anak-anak dari mereka yang mempunyai jabatan dalam pemerintahan sehingga tidak semua orang dapat bersekolah.
Orang lanjut usia yang hidup pada masa sekarang masih memiliki pengaruh adat budaya seperti yang digambarkan di atas sehingga cita-cita seringkali hanya menjadi angan-angan saja. Hal ini berbeda dengan budaya generasi masa kini, di mana cita-cita banyak digunakan sebagai pengarah dalam perjalanan hidup seseorang. Dengan demikian, komponen ketiga kepuasan hidup, yaitu merasa telah berhasil mencapai cita-cita atau sebagian besar tujuan dalam kehidupannya, orang lanjut usia dapat mengalami hambatan dalam pencapaiannya.

Mempunyai Citra Diri Positif
Citra diri sangat berkaitan dengan harga diri seseorang. Jika seseorang mempunyai citra diri yang positif, maka ia akan mempunyai harga diri.apabila seseorang memiliki pandangan yang positif terhadap dirinya, maka orang tersebut akan mempunyai harga diri yang tinggi.
Orang lanjut usia mempunyai kedudukan yang tinggi di masyarakat. Mereka cenderung dihargai, dihormati, kata-katanya dipatuhi. Hal ini dapat memberikan perasaan ‘berharga’ pada orang lanjut usia. Apabila budaya lain menilai orang lanjut usia sebagai orang yang tidak memiliki peranan, maka hal ini jarang terjadi pada kebudayaan kita. Hal ini kemungkinan menjadi dukungan atau memudahkan tercapainya aspek yang keempat ini, yaitu mempunyai citra diri yang positif.

Mempunyai Sikap Hidup yang Optimistik dan Suasana hati yang Bahagia
Penuh harapan adalah ciri utama dari kepribadian yang optimistik. Orang yang optimis selalu berpikir positif, antusias terhadap segala pembaharuan, berorientasi ke dunia luar, terbuka, semangat, baik hati, jujur, dan terus terang. Optimisme dapat disimpulkan dengan ungkapan “Tiada masalah yang tidak dapat diselesaikan, tiada hambatan yang tidak dapat diatasi”. Sehingga orang yang optimis adalah orang yang tidak pernah putus asa. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, orang Jawa mempunyai semboyan pasrah lan sumarah. Jadi, setelah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai apa yang diinginkan, hasilnya diserahkan pada-Nya. Apabila semboyan ini betuk-betul dijalankan, orang pun akan terhindar dari keputusasaan dan menimbulkan suasana hati yang bahagia. Dengan semboyan tersebut, juga dengan budaya masyarakat yang menempatkan orang lanjut usia pada posisi ‘terhormat’, maka diaharapkan mereka akan mencapai aspek kelima ini dengan tanpa kesulitan.
Berkaitan dengan teori-teori kepuasan hidup, ada dua teori yang menyoroti masalah ini, yaitu teori aktivitas dan teori pelepasan.

Teori Aktivitas berpendapat bahwa hanya dengan terus melakukan berbagai aktivitas, para lanjut usia dapat mencapai kepuasan hidup. Hanya orang-orang aktif yang masih berprestasi yang masih berarti bagi orang lain, mereka lah yang mencapai kepuasan. Mereka yang merasa tidak dibutuhkan lagi, akan merasa tidak puas dan tidak bahagia. Kepuasan hidup berkorelasi positif dengan tetap melakukan aktivitas sosial dan gaya hidup yang aktif. Gaya hidup aktif ini juga bermanfaat untuk menghambat terjadinya penurunan kemampuan kognitif. Aktivitas yang dilakukan bertujuan untuk tetap bisa melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Pemeliharaan fungsi ini dimaksudaakan agar mereka bisa tetap mandri, juga bermanfaat baik untuk kesehatan kognitifnya.
Teori Pelepasan berpendapat bahwa kepuasan hidup orang lanjut usi aditentukan dari dua macam arah. Di satu pihak, ornag yang semakin tua akan msemakin melepaskan dirinya dari berbagai ikatan. Sebaliknya, ia akan dilepaskan masyarakat pada waktu ia mulai pensiun. Pelepasan dua arah ini adalah proses yang wajar. Manusia yang menjadi tua, mencari bentuk-bentuk isolasi sosial tertentu, dan justru dalam isolasinya itu, ia menjadi puas dan bahagia. Dengan demikian, teori aktivitas beranggapan bahwa orang lanjut usia masih menginginkan hubungan sosial yang banyak dan tidak menutup diri, sedangkan teori pelepasan berpendapat bahwa orang lanjut usia tidak menginginkan hubungan sosial lagi.
Meskipun kedua teori kepuasan hidup mendapatkan dukungan yang berimbang dari beberapa hasil penelitian, tapi para lanjut usia tetap perlu beraktivitas untuk menunjang kepuasan hidupnya. Dengan aktivitas, para lanjut usia dapat terhindar dari rasa kesepian yang biasanya menimpa mereka. Perasaan kesepian mengakibatkan berkurangnya kepuasan hidup. Selain itu, rasa kesepian merupakan salah satu aspek psikologis lanjut usia, yang presentasenya menempati urutan teratas. Hal ini dapat dimengerti karena pada umumnya, para lanjut usia sudah ditinggalkan oleh anak-anak mereka. Mereka juga sudah tidak dapat pergi sesuai keinginan mereka karena kemampuan fisik yang sudah terbatas. Hal lain yang menambah rasa kesepian adalah berkurangnya teman para lanjut usia karena kematian, apalgi bila kematian itu terjadi pada pasangan hidupnya. Kesepian menjadikan seseorang tidak gembira, suasana hati tidak ceria, terbatasnya orang lain untuk diajak berkomunikasi atau berbagi pengalaman, yang disuga akan mempengaruhi semangat hidupnya.
Pendapat lain mengatakan bahwa kepuasan hidup adalah dimensi penting dari teori aktivitas. Ciri orang lanjut usia yang ‘sukses’ dengan kepuasan hidup yang tinggi adalah mempunyai perasaan bahagia, emosi positif, dan terbebas dari rasa kesepian. Sedangkan orang lanjut usia yang yang tidak berhasil atau tidak bahagia menilai kehidupan dari peristiwa-peristiwa yang dialaminya sebagai sesuatu yang tidak ia harapkan, dan memiliki emosi yang tidak menyenangkan.
Para lanjut usia dapat mencapai kepuasan hidup bila kegiatan yang hilang atau mengalami penurunan diganti dengan kegiatan yang baru. Kegiatan fisik yang mengalami kemunduran perlu diganti dengan meningkatkan kegiatan kognitif, psikologis, dan sosial. Berkurangnya aktivitas dapat menyebabkan depresi dan tingkat kepuasan hidup yang rendah.



Beberapa keadaan berikut ini dapat membuat orang lanjut usia bahagia, yaitu:
1.      Anak-anaknya berhasil
Keberhasilan anak adlah cita-cita semua orang tua. Jika ada salah satu anak yang tidak berhasil, maka orang tua tidak akan merasa bahagia walaupun anak-anak lainnya sukses. Seringkali perhatian orang tua hanya terfokus pada anak yang tidak berhasil, sehingga keberhasilan saudara-saudaranya yang lain tidak cukup untuk membuatnya bahagia. Penderitaan orang tua bisa lebih berat dari anak yang tidak berhasil tersebut, bahkan seringkali orang tua meminta anaknya yang lebih sukses untuk memberi perhatian pada saudaranya yang belum berhasil. Terkadang hal ini dapat memicu ketidakharmonisan hubungan orang tua dengan anak.

2.      Keluarga harmonis
Keharmonisan dalam hubungan suami istri, orang tua dengan anak-anaknya, dan hubungan antara anak dengan saudara-saudaranya. Tidak ada orang tua yang merasa behagia jika ada ketidakharmonisan dalam ketiga hubungan tersebut.

3.      Melakukan aktivitas sosial
Aktivitas sosial sangat penting di masa usia lanjut. Aktivitas sosial selain dapat berfungsi sebagai aktivitas hiburan, juga dapat meningkaatkan kebermaknaan hidup, karena masih bermanfaat untuk orang lain, mempunyai banyak teman, dan meningkatkan religiositasnya apabila aktivitas tersebut bersifat keagamaan.



4.      Dapat mandiri
Bagi orang lanjut usia yang masih sehat, kemandirian dapat mempertahankan harga dirinya. Hal ini dapat meningkatkan kebahagiaan dalam hidupnya. Ketergantungan akan membuat mereka merasa lemah dan tidak berarti lagi.  

So, itulah referensi singkat yang bisa saya tuliskan ^^
Daripada menggerutu karena maerasa kakek kita aneh, atau nenek kita bawel, ada baiknya kita mulai berpikir sejenak, belajar memahami apa yang sebenarnya terjadi pada mereka, apa yang mereka rasakan, perubahan apa yang terjadi pada hidup mereka sehingga berpengaruh pada, dalam hal ini, kepuasan hidup mereka. Aneh
Suatu hal yang menyenangkan apabila kita bisa menumbuhkan simpati, mengembangkan empati pada sesama, dimulai dari diri kita sendiri dan orang-orang di sekitar kita.
And after that, you can share it to the world ^-^  CatatanCinta Cinta


Matta aimashou ^0^ Aneh


Daftar Pustaka
Indriana, Yeniar. 2011. Gerontologi dan Progreria. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

No comments:

Post a Comment

Thanks for being nice and lovely (*^-^*)